A. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Pelayanan

​

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Secara geografis Klasis GPM Kairatu memiliki batas batas Wilayah Pelayanan sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Klasis Taniwel

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Seram

• Sebelah Timur berbatasan dengan Klasis Masohi

• Sebelah Barat berbatasan dengan Klasis seram Barat

 

Dikaitkan dengan wilayah administratif pemerintah, maka jemaat jemaat di Klasis Kairatu Terstruktur dalam

• Kecamatan Kairatu

• Kecamatan Kairatu Timur

• Kecamatan kairatu Barat

• Kecamatan Kecamatan Inamosol

• Kecamatan Kecamatan Elpaputi

 

B. Keadaan Topografi dan Orbitasi klasis

           Klasis kairatu terdapat dalam lingkup Pemerintahan kabupaten seram Bagian Barat. Jarak antara klasis dengan ibu kota kabupaten seram bagian barat (Piru) 50 Km yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan darat (Mobil), sedangkan jarak antara pusat klasis dengan pusat organisasi gereja (Kantor Sinode GPM) ditempuh dengan menggunakan kendaraan laut (Kapal Penyebrangan Ferry) dan kendaraan darat.

 

      Dari komposisi 32 jemaat di klasis kairatu sesuai ciri jemaat, maka di klasis kairatu terdapat 31 jemaat dan 1 jemaat ketegorial (Jemaat Efrata). Akibat konflik sosial tahun 1999, warga jemaat GPM Waitimal telah mengalami penyatuan jemaat pada jemaat jemaat sekitar. Jemaat PI Waihatu telah dilakukan pelembagaan pada persidangan ke 42 Klasis GPM Kairatu.

 

      Sedangakan jemaat jemaat korban konflik dari luar wilayah klasis kairatu (Bacan) yang tersebar di beberapa jemaat dalam wilayah klasis kairatu telah menetap di jemaat Hatusua dan jemaat Nuruwe. Belum Kembali ke jemaat asal dan telah mengalami penyatuan dengan jemaat jemaat setempat, mengingat keberadaannya sudah di dalam wilayah klasis kairatu.

 

     Pertumbuhan jemaat jemaat dalam klasis kairatu terus terjadi dari waktu ke waktu, apalagi makin terbukanya penaataan wilayah administratif kecamatan, yang otomatis akan berdampak pada penataan wilayah pelayanan jemaat dalam wilayah pelayanan klasis kairatu ; sementara kontruksi jemaat jemaat pedesaan, pesisir, Kawasan pertumbuhan, dan kecamatan pun telah terbentuk dan umumnya merupakan wilayah sosio-genealogis. Jemaat jemaat dalam tiap wilayah itu hidup dalam alam kebudayaan dan menghadapi persoalan persoalan yang cukup menyita perhatian gereja.  

      Konteks Pembangunan dan pengembangan wilayah memposisikan jemaat jemaat tertentu sejak tahun 2010 dalam lingkar Kawasan pengembangan baru seperti di kecamatan Inamosol (Honitetu), Kecamatan Elpaputi (Elpaputi), kecamatan kairatu barat (Kamal), dan kecamatan Kairatu timur (Latu). Meskipun begitu, infrastruktur ekonomi, pemerintahan, dan jasa sosial yang sudah dibangun di beberapa wilayah belum menujukan kemajuan yang berarti.

 

Sejalan dengan itu, jemaat-jemaat yang berada dalam Lokasi pemukiman bercampur memerlukan sesuatu pendekatan pelayanan yang berfokus pada wawasan keagamaan dan teologi yang lebih inklusif dengan terus mendorong perjumpaan dan interaksi sosial antarmasyarakat. Lembaga agama dalam dalam hal ini gereja perlu memainkan peran yang signifikan dalam mengelola konteks kemajemukan agama yang ada dengan menimbulkan kesadaran pluralis di kalangan umat.